Berqurban hanya karena Alloh Subhanahu Wata'alla
Masih ingatkah kalian dengan kisah Nabi Ibrahim 'Alaihi Salam yang menyembelih putranya Nabi Ismail 'Alaihi Salam. Tentu, kisah ini diabadikan oleh Alloh Subhanahu Wata'alla dalam firman-Nya QS. Ash Shaffat ayat 102 sampai dengan 107 yang berbunyi :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ
السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴿١٠٣﴾ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ﴿١٠٤﴾ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿١٠٥﴾ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ﴿١٠٦﴾ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ﴿١٠٧﴾ و
Artinya : (102) "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (103) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (104) Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (105) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(106) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (107) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. Ash Shaffat : 102 - 107).
Nabi
Ibrahim merupakan salah satu nabi yang sangat wira’i, taqwa, dan cinta kepada
Allah. Pada suatu ketika Nabi Ibrahim berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100
unta budunah ke jalan Allah sehingga membuat orang-orang dan para malaikat
terheran-heran. Beliau berkata “Setiap
apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang
berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak niscaya aku akan
menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”.
Waktu pun berlalu dan hari silih berganti.
Beliau pun lupa akan ucapan yang telah dikatakan. Ketika beliau berada
di Baitul Muqoddas, beliau memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak.
Kemudian Allah pun mengabulkan permohonan beliau. Beliau dikaruniai seorang
putra yang tampan dan sholeh bernama Ismail dari istri beliau Hajar.
Ketika Nabi Ismail berusia 9 tahun (ada
yang mengatakan 13 tahun), pada waktu itu bertepatan pada malam tanggal 8 Dzul
hijjah, Nabi Ibrahim tidur dan bermimpi. Dalam mimpi tersebut, seseorang
berkata kepada beliau “Wahai Ibrahim,
tepatilah janjimu !”. Setelah terbangun pada pagi hari, berliau berpikir
dan mengangan-angan, dan berkata pada dirinya “Apakah mimpi itu dari Allah ataukah dari syetan ?”. Kemudian hari
itu dinamakan yaumut tarwiyyah atau
hari tarwiyyah,
karena tarwiyyah dalam bahasa arab artinya berpikir mengingat masa lalu. ada malam harinya
beliau tidur dan bermimpi seperti mimpi yang pertama. Setelah terbangun pada
keesokan hari, beliau mengetahui bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah. Dan
pada hari itu (tanggal 9 Dzul Hijjah) dinamakan yaumu arofah atau hari arofah.
Pada malam harinya beliau pun bermimpi dengan mimpi yang sama seperti
sebelumnya. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau baru menyadari bahwa
mimpi tersebut adalah perintah untuk menyembelih putra beliau. Kemudian pada
hari itu (tanggal 10 Dzul Hijjah) dinamakan yaumun
nahr atau hari nahr.
Nabi Ibrahim pun meminta pendapat kepada anaknya Nabi Ismail dengan berkata "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu."(QS. Ash Shaffat :102)
Kemudian Nabi Ismail menjawab : "Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, Insya’allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash Shaffat : 102)
Maka ketika Nabi Ibrahim mendengar, beliau menyadari bahwa Allah telah mengabulkan doanya, sesuai dengan QS. Ash Shaffat ayat 100 yang berbunyi :
Kemudian Nabi Ismail menjawab : "Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, Insya’allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash Shaffat : 102)
Maka ketika Nabi Ibrahim mendengar, beliau menyadari bahwa Allah telah mengabulkan doanya, sesuai dengan QS. Ash Shaffat ayat 100 yang berbunyi :
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Artinya : "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Asha Shaffat : 100)
Kemudian beliau memuji Allah. Kemudian
Nabi Ismail berkata “Wahai ayahku, aku berwasiat kepadamu beberapa perkara.
Ikatlah tanganku dengan kencang agar aku tidak goyah karena itu akan
menyakitkanku. Letakkan wajahku di atas bumi agar engkau tidak memandangku
sehingga engkau merasa kasihan. Tutuplah pakaianmu dariku agar darahku tidak
mengotorinya sehingga ibuku tidak melihatnya, karena itu akan membuatnya sedih.
Tajamkanlah bibir pisau besarmu dan percepatlah dalam menyembelih leherku agar
terasa lebih ringan karena sesungguhnya kematian itu sangat menyakitkan.
Berikanlah pakaianku kepada ibuku sebagai pengingat diriku. Sampaikan salam
dariku dan katakana padanya “bersabarlah atas perintah Allah”. Jangan engkau
menceritakan kepada ibuku bagaimana engkau menyembelih dan mengikat tanganku.
Jangan engkau membawa bocah kepada ibuku agar ia tidak semakin bersedih. Jika
engkau melihat seorang bocah sepertiku, maka jangan engkau terus memandanginya
sampai engkau bersedih.” Nabi Ibrahim berkata “Baiklah, semoga
pertolongan selalu menyertaimu atas perintah Allah, wahai anakku !”.
Nabi
Ibrahim membaringkan Nabi Ismail untuk disembelih seperti layaknya kambing
sembelihan. Seperti termaktub dalam QS. Ash Shaffat ayat 103 yang artinya "Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. (QS. Ashaffat : 103)" Dan kejadian itu terjadi di atas batu besar di Tanah Mina. Nabi
Ibrahim pun meletakkan pisau besar besarnya di leher putra beliau. Kemudian
beliau menyembelih leher putra beliau dengan kuat, akan tetapi atas kehendak
Allah pisau tersebut tak mampu memotong leher Nabi Ismail bahkan menggoresnya
pun tidak. Allah membuka tutup mata dari semua malaikat langit dan bumi,
sehingga mereka mengetahui kejadian tersebut. Kemudian mereka berlutut dan
bersujud kepada Allah. Kemudian Allah berkata “Lihatlah kalian semua kepada
hambaku bagaimana ia menebaskan pisau besar pada leher anaknya karena mengharap
ridloKu, sedangkan kalian berkata ketika aku berkata :
اني جاعل في
الأرض خليفة : اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك
[Allah
berfirman] Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang kholifah di atas bumi.
[Malaikat berkata] Mengapa Engkau akan
menjadikan
di bumi orang yang akan berbuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah,
padahal kami selalu
bertasbih dengan memuji-Mu dan
mensucikan-Mu.
Nabi Ismail berkata “Wahai ayahku, engkau telah
melemahkan kekuatanmu karena cinta kepadaku sehingga engkau tidak kuasa untuk
menyembelihku”. Kemudian Nabi Ibrahim menebaskan pisau besarnya pada batu
dan batu tersebut terbelah menjadi dua. Nabi Ibrahim berkata terheran-heran “Pisau
ini bisa memotong batu tetapi tidak bisa memotong daging”. Namun atas kuasa
Allah, pisau tersebut berkata “Wahai Ibrahim, kamu mengatakan potonglah, tetapi
tuhan semesta alam berkata jangan potong. Maka bagaimana aku melaksanakan
perintahmu yang berlawanan dengan perintah tuhanmu”. Pisau tersebut tidak dapat
memotong leher Nabi Ismail karena Allah telah memerintahkan untuk tidak
memotongnya walaupun Nabi Ibrahim berkata potonglah.
Dan Kami
panggil dia, "Wahai Ibrahim” (104) Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (105)
Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata (106)
Malaikat Jibril pun datang dengan
membawa seekor domba yang besar dari dalam Syurga. Kemudian domba tersebut dijadikan
tebusan atau ganti Nabi Ismail. Malaikat Jibril yang datang dan melihat Nabi
Ibrahim berusaha memotong leher putra beliau. Dengan rasa ta’dhim (hormat) dan
terheran atas Nabi Ibrahim, Malaikat Jibril berkata :
الله اكبر الله
اكبر
Kemudian
Nabi Ibrahim menjawab :
لااله الا الله
والله اكبر
Tidak
ada tuhan (yang hak untuk disembah) kecuali Allah, dan Allah Maha Besar
Nabi
Ismail pun mengikuti :
الله اكبر ولله
الحمد
Allah
Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah
Lantas tahukah kalian domba yang dikirim oleh Malaikat Jibril dari Syurga untuk menebus atau mengganti Nabi Ismail yang disembelih tadi? Masih ingatkah kisah Qabil dan Habil? Ya, kisah ini diabadikan oleh Alloh Subhanahu Wata'ala dalam firman-Nya QS. Al Maidah ayat 27 - 31 yang berbunyi :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ
ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ
أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ
قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ۞ لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ
إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ۞ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ۞ فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ۞ فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ
يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ
مِثْلَ هَٰذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ
النَّادِمِينَ
Artinya : [27] "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua
putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata
(Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.". [28] "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku
sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam". [29] "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka,
dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim". [30] "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara
orang-orang yang merugi". [31] "Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu
berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang
menyesal". (QS. Al Maidah : 27-31)
Sebelumnya perkenankan kami menceritakan kronologi kisah diatas. Setelah pasangan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa turun ke bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan
anak keturunan kepada mereka. Tidaklah Hawa melahirkan kecuali selalu
kembar laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan dari Ibnu Ihasq dalam Tafsir Baghowi dan Tafsir Al-Qurthubi bahwa Hawa melahirkan 40 anak dengan 20 kali mengandung. Wallahu a’lam.
Setelah anak keturunannya mencapai dewasa, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan (membolehkan) kepada Nabi Adam ‘alaihissalam
untuk menikahkan salah satu dari pasangan kembar dengan salah satu dari
pasangan Qabil bersama Iqlimiya yang berparas cantik, sedangkan
pasangan kembar adiknya bernama Habil dan Layudha berparas kurang menarik. Ketika Nabi Adam ‘alaihissalam hendak menikahkan mereka (Habil dengan Iqlimiya dan Qabil dengan Layudha, red.)
proteslah Qabil dan membangkang dikarenakan saudara Habil jelek dan
saudaranya sendiri cantik. Sehingga ia menginginkan saudara kembarnya
tersebut untuk dirinya sendiri lantaran ia merasa dirinya lebih berhak
atas saudara kembarnya. Berdasarkan wahyu dari Allah, Nabi Adam ‘alaihissalam
memerintahkan keduanya untuk berkurban, siapa yang diterima kurbanya
maka dialah yang berhak atas keutamaan (menikahi saudara kembar Qabil).
Qabil adalah seorang petani. Ketika
diperintahkan berkurban maka ia berkurban dengan seikat gandum. Dia
pilih gandum yang jelek dari tanamannya. Dia tidak peduli apakah
kurbannya diterima atau tidak, karena rasa sombong dan dengki sudah
menguasainya. Sedangkan Habil seorang peternak kambing, dia
pilih kambing yang muda lagi gemuk untuk berkurban. Dia berkeinginan
agar kurbannya diterima di sisi Allah Ta’ala. Setelah kurban keduanya dipersembahkan, Allah Ta’ala
menurunkan api berwarna putih dan dengan izin Allah api itu membawa
kurban Habil (sebagai tanda bahwa kurbannya diterima) dan meninggalkan
kurban Qabil.
Al-Qurthubi menukil dari Sa’id bin Jubair rahimahullah
dan lainnya bahwa kambing itu diangkat ke surga dan hidup di sana
hingga diturunkan lagi ke bumi untuk dijadikan tebusan bagi Nabi Ismail ‘alaihissalam ketika hendak disembelih oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Wallahu a’lam
Melihat yang demikian, di mana kurbannya tidak
diterima, spontan marahlah Qabil hingga berlanjut mengancam Habil untuk
membunuhnya. Walau bagaimanapun, dia tak ingin Habil menikhai saudara
perempuannya. ini sesuai dengan firman Alloh QS. Al Maidah ayat 27 yang telah disebutkan diatas yang artinya “Ceirtakanlah kepada mereka kisah kedua putra
Adam (Qabil dan Habil) dengan sebenarnya. Ketika keduanya
mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah satunya dan tidak
diterima dari yang lainnya. Maka berkata yang tidak diterima kurbannya, ‘Sungguh aku akan membunuhmu.’ Dan berkata yang diteirma kurbannya, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertakwa." Melihat kakaknya berniat membunuhnya, Habil tidak membela diri.
Sebaliknya, dia menyerahkan dirinya dan tidak ada keinginan melawan. Sesuai dengan lanjutan
QS. Al Maidah ayat 28 - 29 yang artinya “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu
untuk membunuhku, sekali-kali aku tidak menggerakkan tanganku aku
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Robb sekalian alam.
Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa (pembunuhan
ini) dan dosa kamu sendiri yang lain, maka kamu menjadi penghuni
neraka, dan yang demkian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim.”
Habil melakukan tindakan ini karena Qabil
bukanlah orang kafir melainkan pelaku maksiat, dia khawatir jika melawan
akan punya keinginan seperti Qabil yakni membunuh lawannya. Ini tentu
berakibat fatal, karena nanti kedua-duanya akan masuk neraka.
Tindakan ini juga seperti apa yang dilakukan
Khalifah Utsman bin Affan, pada waktu terjadinya fitnah ia tidak melawan
ketika diserang karena beliau tahu yang dihadapinya orang-orang muslim.
Adapaun kepada orang kafir maka seharusnya mempertahankan diri dan
melawan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Bukhari dan Muslim:
“Apabila dua orang muslim berhadap-hadapan dengna pedang masing-masing, maka pembunuh dan yang dibuuh keduanya masuk neraka.”
Para sahabt bertanya, “Wahai Rasulullah, kalau pembunuh wajar ia masuk
neraka, tetapi kalau yang dibunuh apa gerangan penyababnya?” Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya yang dibunuh itu juga berkeinginan membunuh temannya.”
Juga dalam hadits yang shahih riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi:
Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana pendapat
Anda (wahai Rasulullah) jika ada orang (muslim) yang masuk rumah saya
lalu menggerakkan tangannya untuk membunuh saya?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jadilah seperti anak Nabi Adam (ketika dibunuh ia tidak melawan).”
Lantas bagaimana cara Qabil membunuh Habil?
Diriwayatkan dalam beberapa kitab tafsir, Qabil
berkeinginan kuat untuk membunuh saudaranya, Habil, sekalipun sudah
diberikan nasihat dan peringatan oleh Habil sendiri.
Pada suatu hari ketika Habil sedang menggembala
kambing lantas tertidur lelap, tiba-tiba datanglah Qabil dengan membawa
batu lalu dengan beringas batu itu dilemparkan mengenai kepala Habil
hingga memecahkannya. Riwayat lain menyatakan bahwa Habil dicekik dan
digigit sebagaimama binatang buas ketika menyantap mangsanya, wallahu a’lam. Dan pada akhirnya matilah Habil karenanya.
Setelah Habil meninggal, tanpa rasa belas
kasihan Qabil meninggalkan jenazahnya di tempat terbuka. Dia tidak tahu
apa yang mesti dilakukan kepada jenazah saudaranya karena jenazah Habil
adalah yang pertama kali di atas permukaan bumi. Perbuatan Qabil ini
membuahkan malapetaka yang besar bagi dirinya sendiri. Dia akan
menanggung dosa dari pembunuhannya tersebut, karena ia tidak
bertaubat sekaligus dosa orang yang menirunya yakni melakukan pembunuhan
dengna jalan yang tidak benar. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam,
“Tidaklah dibunuh
suatu jiwa dengan zalim melainkan dosa pembunuhan itu akan
ditanggungpula oleh anak Adam yang pertama (Qabil) karena dialah yang
pertama memberi contoh pembunuhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Barang siapa yan
gmemulai perkara baik (yang disyariatkan) maka baginya pahalanya dan
pahala orang yang mengikutinya sampai terjadinya hari kiamat. Dan barang
siapa yang memulai perkara jelek maka baginya dosanya dan dosa orang
yang mengikutinya sampai terjadinya hari kiamat.” (HR. Muslim)
Dalam keadaan yang demikian, Allah Ta’ala
mendatangkan dua burung gagak yang sedang bertarung, salah satunya
mati. Maka yang hidup mengais-ngais tanah dengan paruhnya membuat lubang
untuk menanam burung gagak yang mati. Qabil mengambil pelajaran dari
peristiwa itu tentang cara mengubur jenazah saudaranya.
Al-Qurtubhi mengatakan, “Hasad (dengki) adalah
dosa yang pertama kali dilakukan di langit dan di bumi, di langit adlaah
dengkinya iblis kepada Nabi Adam ‘alaihissalam dan di bumi adalah dengkinya Qabil kepada Habil.”
Pembunuhan termasuk dosa besar yang mengancam pelakunya masuk neraka.
Dari kisah di atas maka Ummat Islam disyariatkan untuk melaksanakan Qurban sebagai gambaran sejauh mana kecintaan kita kepada Alloh Subhanahu Wata'alla. Apa yg dilakukan Nabi Ibrahim lalu
dilanjutkan oleh Rasullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam, yaitu dalam Surat Al-Kautsar “Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang sangat banyak
karenanya syukurilah nikmat-nikmat itu”. Dan cara mensyukuri adalah
dengan sholat. Maka sholatlah karena tuhanmu secara vertical dan
berkorbanlah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda, Tidak ada amal anak Adam pada
hari Nahr ('Iedul Adlha) yang paling disukai Allah ‘Azza wa Jalla
selain daripada menyembelih qurban, qurban itu akan datang kepada
orang-orang yang melakukannya pada hari kiamat seperti semula, yaitu
lengkap dengan anggotanya, tanduk, kuku dan bulunya. Darah qurban itu
lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah ‘Azza wa Jalla
sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah kalian dengan
senang hati. (HR. Ibnu Majah)
Begitulah Sunnah Nabi
Ibrahim yang kemudian dilanjutkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam. Ada lagi hadist dari
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam tentang kecaman Rasul buat orang-orang yang bergelimang
harta, “Barangsiapa yang mempunyai kelapangan rezqi, tetapi tidak
berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami”. (HR. Ibnu
Majah) Itulah karenanya sisihkanlah sebagian harta kita untuk bisa berkurban sebagai wujud syukur dan kecintaan kita kepada Allah Subhanahu Wata'alla.
Dibalik perintah dan
syariat berqurban itu adalah dalam rangka membuktian kecintaan kita
kepada Allah Subhanahu Wata'alla diatas segala-segalanya dibanding harta kita dan
lainnya. Itulah Hikmah yang pertama. Kedua, membuat kita semakin dekat
kepada Allah Subhanahu Wata'alla “Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku
mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku
mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka
Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits Bukhari).
Ketiga, membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah sebagai figur
tauladan disamping Nabi Ibrahim dengan melaksanakan sunnahnya itu.
Berqurban juga memiliki dimensi sosial agar orang-orang di sekitar kita
yang sebelumnya tidak mampu makan daging, dengan adanya qurban dari kita
mereka bisa bahagia makan makanan berupa daging yang bergizi. Ini
merupakan bentuk kepedulian kita kepada orang-orang di sekitar kita
dengan menghilangkan batas antara kaya dan miskin. Sahabat Ibnu Abbas
saat idhul adha tidak memiliki banyak harta dan ia mengambil hartanya
itu lalu pergi ke pasar untuk membeli daging beberapa kilo dan
membagikannya sambil berkata: “Ya, Allah inilah kurbanya ibnu abbas, hambamu yang tidak mampu membeli seeokor kambing sembelih.”
Itulah hikmah yang bisa
dipetik dari kisah Para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu tentang
semangat untuk berqurban. Semoga bisa menjadi motivasi kita untuk
senantiasa berqurban seraya menjalankan perintah Allah Subhanahu Wata'alla dan Sunnah
yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam.
Sumber : Kisah Qabil dan Habil - Majalah Al-Mawaddah, Edisi 8 Tahun ke-1 Robi’ul Awwal 1429/Maret 2008